Diklat Sosial HMPS TIPS UIN Madura: Bentuk Solidaritas dan Karakter Mahasiswa IPS
- Diposting Oleh Genesis_web
- Senin, 15 September 2025
- Dilihat 23 Kali
Pamekasan, 11 September 2025 – Himpunan Mahasiswa Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (HMPS TIPS) UIN Madura sukses menyelenggarakan Diklat Sosial (Diksos) dengan tema “Membentuk Mahasiswa Tadris IPS yang Kritis, Kreatif, dan Kolaboratif dalam Mewujudkan Indonesia Berkeadilan”. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai 11–14 September 2025, di Balai Desa Kertagenna Tengah, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan.
Diksos tidak hanya menjadi wadah pengenalan prodi Tadris IPS bagi mahasiswa baru angkatan 2025, tetapi juga ruang belajar praktis untuk memahami realitas sosial di masyarakat. Para peserta diajak keluar dari rutinitas kelas untuk mengasah kepedulian, kepekaan sosial, serta kemampuan bekerja sama dalam menghadapi persoalan nyata di lapangan.
Ketua pelaksana menuturkan, tujuan utama kegiatan ini adalah membentuk solidaritas kekeluargaan, melatih karakter mahasiswa, sekaligus mengembangkan pola pikir kritis.
“Manfaat terbesar dari Diksos adalah tumbuhnya kesadaran bahwa ilmu di bangku kuliah bisa diterapkan untuk membantu masyarakat. Selain itu, mahasiswa mendapat pengalaman praktis, memperluas jaringan pertemanan, serta melatih kepemimpinan dan tanggung jawab sosial,” jelasnya.
Antusiasme peserta pun terlihat tinggi. Banyak mahasiswa merasa lebih dekat dengan teman-temannya, khususnya mahasiswa baru. Kebersamaan semakin erat karena mereka menghadapi tantangan bersama di lapangan.
Selama kegiatan, peserta mendapatkan tujuh materi penting dari pemateri berbeda, antara lain:
• Penelitian Sosial – Baitur Rahman
• Analisis Sosial – Shinta Oktaviana, M.Pd
• Public Speaking – A. Mahtum Ali
• Kepemimpinan – Lulutul Hasanah
• Forum Grup Diskusi (FGD) – Rico Ardiansyah Zaini
• Ke-HMPS-an & Keorganisasian – Andika Setiawan Arifin
• Bedah Tema – Taufiqur Rikhanto, S.Pd.
Wahdatul Maulida, salah satu peserta, mengungkapkan motivasinya mengikuti Diksos adalah untuk memperkuat mental dan membangun ketangguhan diri.
“Bagi saya, Diksos adalah proses. Saya ingin mental yang lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh ancaman. Motto saya, percayalah pada proses, maka hasil akan mengikuti,” ungkapnya.
Ia juga menceritakan pengalaman berkesan ketika diminta menjadi moderator secara mendadak.
“Awalnya saya sempat takut karena pernah dibentak oleh keamanan. Tapi dari situ mental saya terbentuk. Bahkan saya bisa berbicara tanpa persiapan di depan banyak orang,” tambahnya.
Menurut Wahdatul, keterampilan paling penting yang ia peroleh adalah public speaking. “Ilmu yang dimiliki akan sia-sia jika tidak bisa disampaikan dengan baik. Public speaking membuat kita mampu menyuarakan gagasan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menilai Diksos membuka cara pandangnya terhadap peran mahasiswa di masyarakat. Baginya, adab dan sopan santun adalah kunci dalam berinteraksi. “Seperti pesan Imam Syafi’i, tak ada ilmu tanpa takwa, dan tak ada akal tanpa adab. Jadi, percuma berilmu bila tidak bisa menghargai orang lain,” tuturnya.
Dengan berakhirnya kegiatan Diksos, mahasiswa IPS diharapkan tidak hanya memiliki bekal teori, tetapi juga keterampilan sosial, kepemimpinan, serta kepekaan dalam bermasyarakat.